Banda Aceh, 22 November 2010, 03.00 pm
“Bunda.. Assalamualaikum”
“Waalakumsalam”
“Happy birthday bun” ucapku sembari menyodorkan cake yang kubeli dibandara tadi dan mengecup pipi bunda.
“Aduh sayang, gak usah repot-repot gini kak”
“Gak papa bun, kapan lagi aku bisa gini. Ratih sama ayah mana bun?”
“Oh mereka ke distro nyari bajunya Ratih”
“Banyak yang berubah disini ya bun”
“Iya dong sayang, semenjak kamu pergi dan tsunami semuanya berubah total”
“Trus tante fai.. ah gak jadi deh bun”
“Andre dan keluarganya gak kena kok kak”
“Bun, aku capek.. aku istirahat ya bun”
Kupadangi dinding kamarku yang masih sama seperti dulu, kamar ini tak pernah berubah sejak kutinggalkan. Foto-foto kami dulu, boneka bugs bunny pemberiannya, bantal pink yang selalu setia menemaniku saat terlelap dulu dan baju couple bugs bunny yang kami beli saat valentine. Semuanya membangkitkan kenangan tentang kisah 7 tahun lalu. Terlalu banyak kenangan dikamar ini, kupejamkan mataku.
“Argh!! Kenangan itu lagi” ucapku sembari bngkit menghidupkan notebook.
Apalagi yang bisa menghibur saat ini selain jejaring sosial, 15 pesan dan beberapa permintaan pertemanan. Semua pesan dari client dan dari adik leting saat kuliah dulu. Cuma 1 pesan yang menarik perhatianku, pesan dari sahabatku di SMP dulu.
Ryan Pratama
1 November 2010, 10:15 pm
Ra, susah banget ya hubungin kamu sekarang
Ciee.. orang penting nih
Kapan balik ke banda? kok balik hubungin aku ya
Tut…tut..tut..
“Halo.. ini Ryan?”
“ya, ini siapa?”
“Clara nih, aku di banda. Ntar malem ada acara?”
“Kebetulan gak ada Ra, ke tempat biasa yuk”
“Boleh juga yan, jam 7 malem ini ya. On time! bye”
***
“Dek, kamu nyetir ya. Kakak males nyetir nih!” ucapku mengambil tas.
“oke kak, mau kemana?”
“ke café biasa aja de, tau kan?”
“sip tuan putri! Siap anter kakak, aku ke kostan temen ya”
“yang penting jangan telat jemput kakak, jam 9 de”
Suasana malam disini sangat berbeda dengan dulu, dulu ditiap rumah masih terdengar suara anak-anak mengaji. Sekarang menasah kosong dan para kaula muda hanya memenuhi warung kopi.
“Belum lama kan yan?” ucapku sambil menghidupkan notebook dan memasang modem.
“Baru aja, ngapain pake modem? Disini ada free WIFI Ra”
“aku gak tau yan, banyak yang berubah ya. Apa kabar kamu? Kerja dimana?”
“ya kayak sekarang ini, aku kerja di kantor gubernur di Padang. Kebetulan ada kerjaan disini”
“Kalo aku sih lagi liburan, aku ambil cuti seminggu dan ada kerjaan juga di Jakarta ya udah sekalian balik aja”
Suara khas Glen fredly mengalun indah menyanyikan lagu “Sekali ini saja”, kenangan itu seakan bangkit lagi menghantuiku. Café ini disesaki mahasiswa, ada yang bersama pacarnya, teman-teman tampak riang gembira dan saling bersenda gurau tapi itu semua tidak dapat menghibur hatiku yang sedang gundah.
“Ra.. Maaf soal waktu itu”
“Lupain aja yan, Andre salah paham waktu itu”
“Aku gak enak banget Ra, kita waktu itu kan lagi reunian tapi baru kita berdua yang dateng”
“Aku tau yan, dia kira kita sedang berduaan aja. Maklum dia kan overprotektif gitu”
“Sebenernya waktu itu aku mau bilang sesuatu Ra, tapi keburu dia dating trus marah-marah gak jelas”
“Mau bilang apa emang yan?”
“Seminggu sebelum itu aku ngeliat dia sama Rina di depan kostan Rina, mereka ciuman gitu. Trus aku juga liat dia di distro dekat rumah kamu, mereka mesra banget”
“yan kamu…”
“Aku serius Ra, aku sempat foto dan masih aku simpan” ucap Ryan sambil memperlihatkan foto di ponselnya.
Iya itu Andre, Andre yang saat itu masih pacarku. Aku ingat benar kejadian itu pasti setelah kami merayakan 3rd Anniversary kami, dia masih pake celana kain dan baju couple bugs bunny. Tangisku pecah di pundak sahabatku ini, terisak aku ditengah hiruk pikuk orang-orang yang bersenda gurau. Tak ada yang memperhatikanku, tak ada yang mengerti perasaanku. Ternyata tuduhannya waktu itu untuk menutupi perselingkuhannya yang tak ku tau sudah berapa lama, ternyata sikapnya yang overprotektif sebulan sebelum kami putus hanya untuk mengawasi aku agar tidak mengetahui apa yang dia lakukan. Mengapa tak pernah terpikir olehku? Selama 10 tahun ini aku berpikir dia lelaki yang setia dan sangat menyanyangiku, tapi apa? Dia berkhianat dibelakangku.
“Ra.. cukup! Orangnya dateng tuh”
“Dia liat aku nangis tadi?” ucapku gelagapan sambil mengusap air mata yang sedari tadi membasahi pipiku.
“Gak Ra! Jangan liatin dia, acuhin. Buka aja file kerjaan kamu”
“Pura-pura sibuk yan?”
“iya, cepetan! sebelum dia liat kita Ra!”
Kubenamkan pandanganku ke email yang berisi laporan mingguan, tampak diujung mataku Andre sedang memperhatikanku. Ryan juga tampak tampak sibuk dengan ponselnya yang sesekali mencuri pandang mengamati ekspresiku yang datar. Andre duduk didepan kami, persis menghadapku. 10 menit berlalu dalam diam, aku memutuskan pulang.
“Yan, aku pulang ya! Mau nelpon client, gak enak ngomong ditempat rame gini”
“Oke lanjut aja, aku juga mau pulang udah malem nih”
“Aku besok mau jogging, mau ikutan yan?”
“Gak deh Ra, besok jadwal padat”
“iya deh, orang penting! Hehe.. bye yan”
Kutinggalkan Ryan dan bergegas keluar café itu. Andre memanggilku tapi ku acuhkan seolah aku tak mengenalnya. Ratih keheranan melihat aku tergesa-gesa memasuki mobil, peluh dan air mata memenuhi wajahku malam itu.
Bersambung...
oke bgus
BalasHapustq abang :)
BalasHapusSeepp
BalasHapus