Selasa, 12 April 2011

Senja Diujung Banda (Part 1)

Burung-burung beterbangan seiring mentari yang hendak kembali kepernaungannya, semilir angin memaiinkan nyiur seolah melambaikan salam perpisahan kepada nelayan yang hendak melaut. Sungguh elok memang pemandangan ujung Banda ini, tapi suasana ini tidak dapat memecah keheningan diantara kami.
 “kamu gak boleh nuduh gitu dong ay, kamu harus denger..”
“Gak ada lagi yang harus didengerin ra!! Udah lah!!”
“Jadi kamu maunya apa ay?”
“Aku mau kita putus!”
“Tapi ay…”
“Ini yang aku inginkan sekarang!”
“Tapi aku..”
“Udahlah !! Aku capek ngadapain sikap kamu yang kekanak-kanakan gini.. dulu kamu pernah janji kamu bakal berubah tapi sekarang apa? Ini yang kamu bilang setia? Aku muak dengan tingkahmu!”
“Andre!! Aku masih…”
“Tapi aku gak lagi”
“ndre..”
“Cukup ra!! Aku udah gak bisa kayak dulu lagi.. Rasa itu udah gak ada sekarang”
Langit yang tadi kemerah-merahan kini beranjak menjadi gelap, malam menjelang diiringi suara adzan maghrib.
“Clara!! Kamu harus kuat!! Life must go on.. I can without him!”
***

Sydney, 10 November, 10:00 pm
Ding..
Ding..
Ding..
Suara buzz ym membuyarkanku konsentrasiku dari tumpukan berkas yang sejak tadi ku periksa.
“Eh Ra!! Keluar yuk! Laper nih”
“Pagi-pagi gini? Mau kemana san?”
“Ke café sebelah aja, gak kuat lagi nih”
“Tapi aku lagi banyak banget kerjaan nih!”
“Ayolah ra! L
“Delivery aja deh! Nanggung banget kok ditinggal”
“Humm… mau sampe kapan kamu gini Clara?”
“Maksud kamu apa Santi?”
“Ra.. sejauh apapun kamu lari kamu gak akan lupa dia, karna kamu selalu bawa dia dalam pikiran dan hati kamu”
Menghindar, itu yang selalu dituduhkan sahabatku sejak SMA ini. Sudah 7 tahun ini aku tinggal berpndah-pindah mulai dari Jakarta, kuala lumpur dan sekarang Sydney. Membenamkan diri dalam rutinitas pekerjaan, bahkan aku meninggalkan keluargaku di banda. Enggan pulang, mungkin itu kata yang tepat untuk apa yang aku rasakan sekarang. Bertahun-tahun kuhabiskan waktu ditempat orang, hanya sesekali keluargaku datang untuk menjengukku.
Ding..
“Woi Ra!! Masih disana?”
“Eh.. hmmm.. iya masih..”
“Ra udahlah, ikhlasin aja! Sekarangkamu udah punya semuanya, pekerjaan, harta, jabatan, keluarga. Masa mau terpaku sama 1 laki-laki sih? Tau juga ga kabarnya gimana setelah tsunami, umurmu bukan belasan lagi Ra!! Umur 24 bagi wanita itu udah mapan, bukannya banyak yang kejer-kejer kamu ya?? Mulai dari bos bulek kita, temen-temen kampus dulu, sampe client yang mirip David Beckham juga naksir kamu. Kenapa gak pilih 1 trus nikah aja?”
“tapi aku..”
“Clara sayang STOP!! Lupain dia, ikhlasin aja”
Seluruh usaha sudah kulakukan hanya untuk membuatku lupa sedetik saja akan kejadian itu, tapi semuanya nihil. Kejadian 7 tahun yang lalu benar-benar menyisakan luka mendalam dihatiku. Terakhir kali sebelum keberangkatanku untuk kuliah ke ibukota, aku masih menyaksikan Andre sedang bercumbu mesra dengan mantan pacarnya Rina di café dekat rumahku. Selang sehari kami berpisah Andre kembali kepelukan Rina adik kelasku, tragis memang tapi itu lah yang kulihat waktu itu. Itu yang membuatku semakin yakin untuk meninggalkan kota kelahiranku dan beasiswa di UI mempercepat langkahku untuk pergi. Posisiku sebagai programmer disalah satu perusahaan swasta di negeri kangguru, studi S2ku yang hampir rampung, dan relasi-relasi yang banyak seharusnya sudah membuatku lupa akan sepotong kisah itu dan memungkinkanku memiliki pendamping sekarang.

Sydney, 14 November 2011, 03:00 am
“Ndre.. please!!”
Tititiiiit.. titiiit..
Suara ponsel membangunkaanku dari mimpi buruk.
“Argh.. mimpi itu lagi!” desahku sambil meraih ponsel.
“Assalamualaikum bunda..”
“Walaikusalam sayang, besok jadi kejakarta kan?”
“Iya bun, jadi”
“Berapa hari di Indonesia?”
“15 hari bun, 8 hari tugas sisanya cuti.. mungkin kok tugas cepat selesai bisa nambah libur, pengen ke Bandung bun”
“Gak usah ke Bandung ya kak, ke Banda aja. Bunda kangen”
“Apa bunda?”
“Iya sayang, sebentar lagi kan bunda ulang tahun”
“Aku pikir-pikir dulu ya bun”
“Gak ada pikir-pikir lagi, tiket udah bunda pesan tanggal 22”
“Iya deh bun, Aku kesana. Adek mau dibawain apa?”
“Yang penting kamunya aja kak, kalo si adek gak terlalu masalah”
“Iya bun, aku packing dulu ya! Tadi malem lembur lagi jadi gak sempat”
“kapan sih kamu gak lembur kak”
“Ahh bunda.. bisa aja deh. Bye mom!”

Jakarta, 21 November 2010, 02:00 pm
“Ra! Kok diem aja daritadi?”
“hmmm…”
“kenapa gak konsen gitu pas meeting tadi?”
“Bunda udah pesan tiket buatku San”
“Bukannya bagus ya Ra, udah 7 tahun kamu gak pulang. Kapan berangkat?”
“Besok San, males banget”
“Ini akhir dari masa “MENGHINDAR” kamu Ra”
“Apaan sih!”
“Beneran Ra! Ikhlasin aja dia..”
“Udah deh jangan ledekin aku, kamu mau ikut san?”
“Gak deh Ra, keluarga di Surabaya nyuruh pulang nih”
“Okelah.. See you San!”


Dengan malas kubereskan berkas yang daritadi berserakan di atas meja. Malas sebenarnya pulang tapi tak bisa lagi kutolak permintaan bunda kali ini, lagian bunda besok ulangtahun.
“Mbak.. Liontin yang ini 1 dan yang itu sepasang ya mbak”
“Oh ini mbak”
Hadiah sudah di tangan, aku harus pulang. Ini Cuma sepotong kisah yang kurang indah, aku harus bangkit dari keterpurukanku dan memulai kisah yang baru.


Bun, besok gak usah jemput ya
Pesawatnya delay, mereka sms aku tadi
Sending
CLARA

Bersambung...

3 komentar:

© 2012 Aneuk Dara Template designed by BlogSpot Design - Ngetik Dot Com