Sabtu, 10 November 2012

Budaya Plagiarisme


Mungkin istilah plagiarisme masih belum biasa di telinga kita, tetapi sesungguhnya kita sering melakukan plagiarisme sejak berada di sekolah dasar. Plagiarisme sekarang sudah menjadi masalah sosial bagi seluruh kalangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Plagiarisme adalah penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. Atau menurut Adi Mihadja (2005) adalah pencurian dan penggunaan gagasan atau tulisan orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakuinya sebagai milik sendiri. Plagiarisme juga dikenal dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007). Contoh kecil plagiarisme saat kita duduk di bangku sekolah menengah ialah menyalin sebuah makalah tanpa mencantumkan sumber dan mengakui bahwa makalah tersebut merupakan ide sendiri.
Permasalahannya plagiarisme sering dilakukan tanpa adanya larangan dari pihak guru maupun pengajar pada saat sekolah. Guru hanya menilai apa yang tersaji di kertas tanpa mempertanyakan sumber dari isi tersebut, dan siswa pun melakukan plagiarisme hanya untuk mencapai nilai yang tinggi. Bahkan diberbagai tempat siswa di dorong untuk menyalin tanpa mencantumkan sumber. Hal ini terus di pupuk hingga terbawa ke bangku perkuliahan. Namun, dalam kebudayaan akademik, ada tradisi untuk menghormati hak pemilikan terhadap gagasan. Mahasiswa dituntut untuk menghormati hasil karya orang lain dan menghargai hasil tulisan orang lain dengan cara mencantumkan sumber. Sebagian orang malu untuk mencantumkan sumber karena mereka merasa sumber yang mereka miliki tidak pantas di cantumkan, ini biasanya terjadi pada saat membuat tesis dan disertasi. Hal ini tidak hanya berlaku pada mahasiswa tetapi banyak dosen juga melakukan hal tersebut.
Sebenarnya untuk menghindari plagiarisme itu tidak terlalu sulit, ada pengetahuan atau teknik-teknik tertentu yang dapat dikuasai mahasiswa agar terhindar dari tuduhan melakukan plagiarisme. Teknik-teknik seperti mengutip dan melakukan parafrase dapat digunakan atau dengan mencantumkan sumber di akhir karya tulis dapat menghindarkan kita dari plagiarisme.
Lebih baik mencegah daripada mengobati, istilah ini sangat tepat dalam kasus plagiarisme. Jika sejak duduk di sekolah dasar kita di tekankan akan pentingnya sebuah ide yang muncul dari diri sendiri maka tindakan plagiarisme akan sangat jarang kita temui. Kita sudah terlalu lama membiasakan diri dengan menyalin atau mencaplok ide orang lain. Mulai dari sekolah dasar kita tidak di beri sanksi yang berat jika kita mencontek atau menyalin tugas teman. Dan sudah sejak taman kanak-kanak kita di biasakan dengan anggapan nilai baik adalah karena yang kita hasilkan baik. Sehingga banyak orang yang mencontek hanya untuk mencapai nilai yang bagus. Budaya inilah yang seharusnya dihilangkan. Pengajar pun seharusnya lebih menghargai ide dan tidak asal memberi nilai bagus tetapi juga harus meneliti darimana karya itu dihasilkan.
Plagiarisme harus dihindari karena sebuah ide itu sangat berharga bagi penulisnya, melakukan plagiarisme juga tidak baik hasilnya bagi kita sendiri. Dan ada baiknya sosialisai tentang plagiarisme telah dilakukan sejak dini.
Sumber:
http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/28/5-jenis-plagiarisme/

Kamis, 08 November 2012

Indonesia: Negeri yang Kaya Akan budaya dan Penghuninya yang Apatis


Indonesia adalalah sebuah negara yang memiliki 17.508 pulau dengan 1.128 suku bangsa. Indonesia bukan hanya negara yang kaya akan penduduk dan sumber daya alam tetapi Indonesia sangat kaya akan budaya yang diwarisi dari para leluhur. Suatu yang patut di banggakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara terkaya akan budaya di dunia. Mulai dari tari dengan kecepatan gerakan tangan, Saman di Aceh hingga lagu Apuse dari Papua yang sudah sangat tidak asing ditelinga semua orang. Disatu provinsi saja sudah terdapat ratusan budaya, mulai dari bahasa, tarian, adat istiadat, lagu dan masih banyak lagi. Semisal saja Aceh, di Aceh sendiri terdapat banyak bahasa, antara Aceh pidie dan Banda Aceh perbedaan sangat terasa padahal hanya berbeda beberapa puluh kilometer saja jaraknya. Pertanyaan terbesarnya sekarang, “seberapa besar kepedulian bangsa ini dengan kekayaan budaya leluhur yang sangat beragam?”. Seperti ungkapan yang sering terucap saat perkenalan yaitu, “tak kenal maka tak sayang”, kebanyakan penghuni bumi pertiwi ini hanya mengetahui Batik tanpa mengetahui kebudayaan leluhur yang lain yang mungkin mencapai belasan ribu jumlahnya, pengetahuan mereka akan batik pun hanya karena Batik telah di akui oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 tetapi sebelumnya mereka malu menggunakan batik karena terkesan kuno. Persoalan Batik adalah salah satu permasalah kecil dari ketidakpedulian kita akan budaya peninggalan kakek nenek. Bagaimana kita cinta akan budaya kita jika kita tidak mengetahui apa saja budaya kita yang sangat beragam. Terkadang kita terlambat mencintai kebudayaan sendiri sehingga ada bangsa lain yang terlebih dahulu mengakui budaya tersebut, dan setelah itu kita akan marah-marah menuduh mereka telah mencuri kebudayaan kita. Sebenarnya permasalahannya ada pada bangsa ini. Andai saja dari awal sudah menanamkan rasa cinta budaya tanah air sejak dini pasti kejadian-kejadian tersebut tidak akan terjadi.
Para generasi muda banyak yang malu mengakui budaya sebagai identitas dirinya, kebanyakan dari mereka lebih bangga dengan budaya bangsa asing. Mereka lebih bangga berbahasa inggris daripada memakai bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari. Mereka lebih bangga tawuran daripada mengikuti ekstrakulikuler tarian adat, mereka lebih bangga menyanyikan lagu asing daripada lagu daerah sendiri. Ini adalah berbagai hal yang memang terjadi akhir-akhir ini. Kejadian ini bahkan bukan sekali atau dua kali terjadi tetapi hampir setian hari kita dapat mendengar banyak pelajar yang tawuran. Sedangkan para generasi tuanya lebih memilih untuk melestarikan budaya korupsi daripada budaya dari para leluhur. Diseluruh intansi negara sudah menjadi kebiasaan para penghuninya untuk korupsi. Mereka tidak malu-malu lagi memakan uang yang bukan menjadi hak mereka, bahkan uang rakyat pun mereka korupsi.Sungguh memalukan memang, tetapi inilah yang terjadi pada negeri kita saat ini.Semoga budaya leluhur kita semakin dicintai dan dikenal di seluruh dunia. Ayo para generasi muda, mulai sekarang singsingkan lengan baju. Ayo kita cintai dan lestarikan budaya leluhur bangsa sendiri. Agar bukan saja menghargai budaya sendiri tetapi dapat menjadi kebanggaan bagi kita semua.

Merajut di Fasilkom


Mengapa penulis mengunakan kata “merajut”? disini penulis ingin menekankan jika berada di fasilkom ini seperti membuat sebuah rajutan yang pada akhirnya dapat di gunakan pada saat bekerja atau membangun sebuah usaha nantinya. Pada mulanya penulis akan belajar dengan giat agar mendapatkan dasar yang cukup untuk semester selanjutnya, disini penulis akan benar-benar menghargai waktu dan kesempatan yang didapat untuk menuntut ilmu di fakultas Ilmu Komputer. Karena seperti yang kita semua tau bahwa tidak mudah untuk masuk di fakultas ini, penulis sendiri juga merasa sangat sulit dapat menjadi salah satu mahasiswa disini. Bukan hanya mengalahkan beratus orang tetapi harus mengalahkan beribu orang dalam SNMPTN untuk berada di gedung bundar ini.
Walaupun masih berstatus MABA atau mahasiswa baru, penulis akan berkontribusi dalam memajukan fasilkom tercinta kita. Bukan hanya untuk memajukan fasilkom saja, tetapi penulis juga ingin berkontribusi dalam membangun IT di daerah asal penulis yaitu Aceh. Penulis ingin membangun daerah asal penulis melalui pendidikan dan pergerakan penulis dalam bidang IT. Penulis juga akan mengikuti berbagai perlombaan jika memungkinkan. Penulis juga akan membuat sebuah novel pada masa perkuliahan penulis. Penulis juga akan menambah jaringan selama berkuliah di fasilkom, penulis ingin mempunyai kenalan baik teman satu angkatan, dosen,senior, junior staff dan semua yang berkecimpung didalam fasilkom.
Penulis ingin bergabung didalam tim Robotika UI dan menjalankan berbagai riset dibidang robotika yang diharapkan dapat menciptakan sebuah alat yang dapat meringankan pekerjaan kita sebagai mahasiswa. Penulis juga akan magang di lingkungan UI untuk mendapatkan pengalaman yang banyak untuk dibagi kepada seluruh teman penulis. Penulis juga akan menghasilkan karya tulis yang akan membantu serta memberi motivasi bagi remaja Indonesia.
Banyak hal yang ingin penulis wujudkan di fakultas tercinta ini. Bagi penulis bisa berkuliah di fasilkom adalah sebuah tantangan dan batu pijakan untuk melakukan hal lain yang menginspirasi semua orang. Keinginan terbesar penulis adalah ingin membahagiakan orang tua penulis selama berkuliah di fasilkom. Karena orangtua penulislh penulis bisa bergabung bersama ASTRO 2012, ibu dan ayah selalu mengajari penulis untuk terus melakukan hal yang dapat membahagiakan dan membantu semua orang. Mereka juga mengajarkan penulis tentang sebuah perjuangan hidup, penulis selalu mengutip perkataan ayah, “hidup ini butuh perjuangan dan tanpa perjuangan maka hidup itu tidak akan lengkap”.
Penulis mempunya mimpi yang tinggi di fasilkom, semoga penulis dapat mengaplikasikan mimpi penulis dalam suatu tindakan jelas yang dapat membantu dan membahagiakan semua orang. Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi tersebut (Andrea Hirata, 2005).


© 2012 Aneuk Dara Template designed by BlogSpot Design - Ngetik Dot Com