Selasa, 18 Juni 2013

Mahasiswa juga Rakyat

Saya manusia, saya juga hanya mahasiswi biasa yang tidak terkait organisasi manapun, saya juga tidak ikut aksi karena berbagai hal yang sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya. Di artikel ini saya hanya ingin mengambil hak saya dalam kebebasan berpendapat (Pasal 14 UU No. 39 tahun 1999).
          Kalian tau apa makna rakyat? Aparat, pemerintah, masyarakat Indonesia, mahasiswa sendiri, “Apakah kalian paham makna dari rakyat itu apa?”. Rakyat adalah penduduk suatu Negara (KBBI), rakyat adalah semua orang yang tinggal dalam suatu wilayah atau Negara (Bahar Rifai), rakyat adalah keseluruhan perorangan atau individu yang hidup di wilayah nasional dan tunduk pada peraturan perundangan yang sama (Doed Joesoef). Ya, rakyat adalah penduduk Negara Indonesia kita tercinta. Ya, mahasiswa adalah rakyat yang tunduk dengan peraturan pemerintah. Dan tentunya, mahasiswa adalah orang yang tinggal dibumi pertiwi.
          Terkait aksi kemarin yang berujung penyeretan beberapa mahasiswa dari rapat Paripurna, mereka memang mengatakan sakitnya tidak begitu terasa saat pamdal menarik jakun dan menyeret mereka keluar. Tapi apakah hati mereka juga tidak sakit? Disini mereka hanya menyatakan kekecewaannya atas keputusan semalam, dan sudah sangat jelas dalam uu di Indonesia pun tidak ada larangan untuk berpendapat. Pembaca dapat menilai sendiri bagaimana kejadian semalam, bagaimana perasaan orangtua mereka melihat anak-anaknya ditarik paksa, bagaimana perasaan kami teman-temannya melihat mereka diperlakukan bak seorang penjahat, dan bagaimana perasaan kita sebagai manusia melihat mereka diperlakukan tidak manusiawi?
          Aksi, aksi dan aksi yang dilakukan mahasiswa itu dilakukan dengan banyak kajian dari berbagai ilmu yang tentunya tidak diliput media, aksi ini dilakukan semata-mata hanya untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Dengan kenaikan BBM, banyak politisi yang menjanjikan  beasiswa akan diperbesar, dan akan ada BLT. Pertanyaannya, emang cukup? Di saat harga kebutuhan pokok meroket, ongkos angkutan umum naik, obat-obatan tambah mahal memangnya bakal cukup tambahan 100rb-200rb yang diwacanakan wakil kita disana? Yak! Dapat dipastikan angka kemiskinan makin naik dan pada akhirnya wakil rakyat juga kocar kacir mencari solusi untuk menekan angka tersebut. Inikah solusi terbaik untuk Indonesia saat ini? Silahkan pembaca menilai sendiri dengan hati nurani.

*Note: Mohon gunakan hati nurani saat membaca dan buang semua pikiran egois yang mengatakan mahasiswa aksi hanya untuk diri mereka.

Sabtu, 27 April 2013

Kita


Malam itu aku terlalu sibuk dengan duniaku, mengetik berderet kode tugas yang deadlinenya tinggal beberapa jam lagi. Hanya sekedar mengiriminya pesan singkat pun aku tak sempat. Tugas ini benar-benar membajak habis waktuku, bahkan untuk sekedar melihat bintang favoritku pun aku tak punya waktu.
“Seru banget nugasnya. Jalan yuk”
Dia datang, hanya berselang 30 menit saat terakhir dia menelponku. Dia memang sering sekali mengagetkanku, hanya sekedar menemaniku makan atau jalan-jalan dibawah sinar rembulan. Dia, dia lelaki blasteran Aceh-Padang yang telah berhasil mencuri hati kecilku. Hari ini dia mengajakku duduk di taman kota, tempat favoritku menghabiskan malam. Ditemani segelas susu cokelat kesukaanku kami larut dalam canda tawa, memandangi langit dan larut dalam dunia yang dia ciptakan hanya untukku.
“Kamu tau kenapa aku memilihmu?”
“Itu 1 hal yang aku ga pernah tau ra, kamu harus cerita”
“Aku punya beberapa jawaban”
“Apa?”
“Kamu tegas, kamu sabar, dan banyak lagi. Kalau aku cerita seharian pun belum tentu selesai”
Dia tersenyum manis sekali, senyuman khasnya yang selalu aku rindukan setiap saat. Dia menatap mataku dalam, senyumnya kembali merekah. Garis lengkung sempurna ciptaan Tuhan yang selalu aku kagumi.
“Aku memilihmu karna cuma kamu perempuan yang mengambil tulang rusukku”
Hanya beberapa kata dari bibir indahnya itu yang meyakinkan aku dan mengabaikan si penulis itu. Ku abaikan banyak orang hanya untuk melihat senyuman indahnya. Senyum lembut yang dianugerahkan Tuhan padanya. Aku telah mencuri tulang rusuk mahluk Tuhan ini, dan hanya aku pencurinya. Malam semakin larut, menyisakan ribuan bintang disana yang sekarang sedang menjadi saksi terbentuknya kata “kita”. Kita yang terbentuk dari sepasang mahluk Tuhan yang diikat takdir.
“I wanna grow old with you ra"
Lagi-lagi aku tersipu dibuat lelaki ekstrovert ini, lelaki yang ku curi rusuknya.

Selasa, 26 Maret 2013

Penghitung Nilai Akhir (Java)


Udah mau UTS aja nih, jadi dara mau review sedikit tentang pembahasan Fundamental Data Types. Hari ini dara mau share cara bikin sebuah program yang bakal memudahkan dosen Bahasa Inggris memberikan nilai akhir bagi mahasiswa-mahasiswanya. Komponen nilai yang dibutuhkan beserta persentasenya adalah :

Nilai UTS (25%),
Nilai UAS (25%),
Nilai kuis (10%),
Nilai tugas (25%), dan
Nilai kelompok kelas (15%)



Berikut syntaxnya:

import java.util.Scanner;
public class Tutorial2A {
     public static void main (String []args) {
           //inisialisasi nama dan npm sebagai string
           String nama = "nama";
           String npm = "npm";
           //inisialisasi nilKelompok, nilTugas, nilKuis, nilUTS, nilUAS, hasilFormat sebagai integer
           int nilKelompok, nilTugas, nilKuis, nilUTS, nilUAS, hasilFormat;
           //inisialisasi nilAkhir sebagai double
           double nilAkhir;
           //membuat variabel scanner
           Scanner reader = new Scanner(System.in);
           //Baca masukan sesuai dengan format masukan, simpan dalam variabel yang sesuai
           System.out.println("Silahkan masukkan Nama Mahasiswa:");
           nama = reader.nextLine();
           System.out.println("Silahkan masukkan NPM Mahasiswa:");
           npm = reader.nextLine();
           System.out.println("Masukkan Nilai Kelompok Kelas (0 - 100) :");
           nilKelompok = reader.nextInt();
           System.out.println("Masukkan Nilai Tugas (0 - 100) :");
           nilTugas = reader.nextInt();
           System.out.println("Masukkan Nilai Kuis (0 - 100) :");
           nilKuis = reader.nextInt();
           System.out.println("Masukkan Nilai UTS (0 - 100) :");
           nilUTS = reader.nextInt();
           System.out.println("Masukkan Nilai UAS (0 - 100) :");
           nilUAS = reader.nextInt();
          
           //memanggil method hitung
          nilAkhir = hitung (nilKelompok, nilTugas, nilKuis, nilUTS, nilUAS);
          
           nilAkhir = nilAkhir * 10;
           hasilFormat = (int) nilAkhir;
           nilAkhir = hasilFormat / 10.0;
           //cetak nilai akhir mahasiswa
           System.out.println (npm + " " + nama);
           System.out.println ("Nilai Akhir: " + nilAkhir);
           //memanggil method printStatusKelulusan
           printStatusKelulusan (nilAkhir,nama);
     }
    
     public static double hitung (int nilKelompok, int nilTugas, int nilKuis, int nilUTS, int nilUAS) {
           double nilai;
           //menghitung nilai akhir mahasiswa berdasarkan presentase nilai yang sudah ditentukan di awal
           nilai = 0.15 * nilKelompok + nilTugas * 0.25 + nilKuis *0.1 + nilUTS * 0.25 + nilUAS *0.25;
           return nilai;
     }
    
     public static void printStatusKelulusan (double nilai, String nama) {
           //if else statement berikut mencetak suatu pesan string ke layar berdasarkan status kelulusan mahasiswa tersebut
           if(nilai >= 75) {
                System.out.println (nama + " lulus Bahasa Inggris. :)");// Cetak pesan lulus
           }
           else if(nilai < 75 && nilai >=50) {
                System.out.println (nama + " harus mengikuti remedial Bahasa Inggris. :|");// Cetak pesan remedial
           }
           else {
                System.out.println (nama + " tidak lulus Bahasa Inggris. :(");// Cetak pesan tidak lulus
     }
}
}



Ayo jalanin di cmd..
Compile. . .
Yey! ga ada error, ayo jalanin
Naaah jadi deh :D




Note: Kode berikut hanya berupa referensi dan bukan untuk di copas

Bikin Frame Di Java


Nah hari ini dara mau ngasih sedikit tutorial buat bikin frame kosong di java nih, ga susah kok. Kita main sama GUI loh ini, keren kan hehe. Cuma beberapa baris dan langsung jadi si frame kosong ini. Nah ini syntaxnya beserta commentnya (Maaf penjelasan di commentnya dalam bahasa inggris, daranya bingung terjemahinnya hehe) :

import javax.swing.JFrame;
public class EmptyFrameViewer {
     public static void main(String[] args) {
          //Construct an object of the JFrame class
          JFrame frame = new JFrame();
          //Set the size of the frame
          frame.setSize(300, 400);
          //If you’d like, set the title of the frame
          frame.setTitle("Frame Dara");
          //Set the "default close operation"
          frame.setDefaultCloseOperation(JFrame.EXIT_ON_CLOSE);
          //Make the frame visible
          frame.setVisible(true);
          }
          }

sim salabim.. taraaa.. jadi framenya :D

Jumat, 22 Maret 2013

Boolean Algebra dan K-Map (Pratikum2)



Dear D,
Berikut adalah jawaban dari penyederhanaan saya:

1. Penyederhanaan menggunakan Boolean Algebra
F = A'B'CD' + A'BC'D + A'BCD' + A'BCD + AB'C'D' + AB'C'D
= A’B’CD’ + A’BCD’ + A’BC’D + AB’C’D’ + AB’C’D
= A’CD’(B’+B) + A’BD(C’+C) + AB’C’ (D’+D)
= A’CD + A’BD + AB’C’

2. K-Map


untuk implementasi dalam vhdl bisa di gunakan syntax sebagai berikut:
(not A and C and D) or (not A and B and D) or (A not B and not C)


This message will self destruct in 42 seconds...



note: jawaban ini dapat digunakan sebagai referensi bukan untuk di copas dan langsung di upload di scele

Senin, 18 Maret 2013

Takengon in Love

Takengon, 29 Februari 2012

Jurnal Kegiatan (11 - 15 maret 2013)



1.      Aljabar Linier
Pada pertemuan minggu ini dikelas membahas tentang ruang vektor, ruang Euclid Rn dan volume paralelpiped. Pelajaran yang dapat diambil dari pertemuan ini adalah harus sabar dan teliti dalam menghitung karena tidak boleh terjadi kesalahan sedikitpun dalam perhitungan yang panjang tersebut.

2.      Pengantar Sistem Dijital
Pada pertemuan psd minggu ini banyak mengulang dan mempelajari lebih detil materi sebelumnya yaitu K-Map dan Gray code. Pelajaran yang dapat diambil yaitu, ketelitian sangat dibutuhkan dalam menghitung dengan angka 0 dan 1 ini.

3.      Dasar-dasar Pemrograman
Pada pertemuan ddp minggu ini masih membahas tentang rekursif dan bagaimana pengaplikasiannya dalam tugas 2 dan dunia kerja. Pelajaran yang dapat di ambil pada pertemuan ini adalah menyederhanakan logika dan saling bekerjasama.

4.      MPKT-A
Pada pertemuan minggu ini mendiskusikan tentang buku ajar II dan fg saya mendapat materi tentang perbedaan individual. Pelajaran yang dapat diambil pada pertemuan minggu ini adalah manusia itu unik dan memiliki berbagai kepribadian yang berbeda-beda.

Perbedaan Individual


Judul               :  Perbedaan Individual
Nama               : Dara Intan Noersaif
NPM               : 1206208132
Pengarang       : Evita E.Singgih
Data Publikasi : Buku Ajar II MPKT A

            Setiap manusia adalah unik. Tidak ada orang yang benar-benar sama, sepasang kembar sekali pun. Perbedaan-perbedaan membawa pada keaneka ragaman cara dalam memandang sesuatu, dalam bertindak pada berbagai situasi, dalam menentukan sasaran, dalam menilai dan lain sebagainya. Dalam hidup berkelompok manusia saling berinteraksi dan interaksi ini akan menjadi lebih efektif bila kita memahami diri kita sendiri dan orang yang kita hadapi. Memahami diri adalah memahami ciri-ciri kepribadian yang akan mempengaruhi sikap, kecenderungan, dan perilaku kita. Ada berbagai teori kepribadian yang berusaha membantu kita memahami keanekaragaman individu. Salah satunya adalah teori kepribadian Myers-Briggs.
            Teori kepribadian Myers-Brigs merupakan hasil pemikiran sepasang psikolog, ibu dan anak, yaitu Katherine Briggs dan Isabella Myers Briggs. Mereka mengembangkan sebuah Model yang disebut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®), yang dikembangkan berdasarkan teori kepribadian Carl Jung. Melalui penelitian yang panjang serta penyempurnaan berkala, Myers dan Briggs membangun sebuah instrument tes MBTI (Myers Briggs Type Indicator) yang mengukur tipe psikologi seseorang. MBTI ini mengidentifikasi dan mengkategorisasi kecenderungan perilaku individu dalam empat demensi, yaitu
1. (E) Ekstraversion / Introversion (I)
2. (S) Sensing / Intuition (N)
3. (T) Thinking / Feeling (F)
4. (J) Judging / Perceiving (P)
            Berdasarkan skala empat demensi ini ini mereka mengelompokkan enambelas tipe kepribadian, dan setiap orang masuk dalam salah satu kategori tersebut. Sistem Tipe dari pengukuran ini didasarkan atas empat aspek dasar dari kepribadian manusia. Keempat dimensi ini tidak merupakan sesuatu yang mutlak (yang ini atau yang itu), melainkan mengestimasikan suatu titik dalam sebuah garis kontinum. Misalnya seberapa individu lebih ekstravert daripada introvert. Oleh karena itu sebaiknya fokus dalam mempelajari dan menganalisis tipe kepribadian kita maupun orang lain, hendaknya jangan hanya melihat pada satu tipe secara terisolasi, seperti hanya mempelajari tipe extravert saja, melainkan pelajari juga lawannya (introvert).

{  Empat Dimensi Tipe Kepribadian
            (E) Extraversion/Introversion (I) membahas mengenai bagaimana individu berinteraksi dengan dunia dan darimana asal energy yang dimilikinya. Seorang dengan tipe Extravert lebih tertarik dengan objek di luar dirinya. Umumnya mereka senang bergaul, bekerja dalam kelompok, dan berada dalam keramaian. Sebaliknya, seorang yang introvert lebih tertarik melakukan kegiatan-kegiatannya sendiri dalam ketenangan. Tetapi sebagaimana orang ekstravert mampu bekerja sendiri, maka orang-orang introvert walaupun lebih suka sendiri, bisa saja mempunyai kemampuan kerjasama yang baik.
            (S) Sensing/Intuition (N) membicarakan mengenai jenis informasi yang mudah ditangkap oleh seseorang. Ada orang yang lebih mudah menangkap informasi melalui panca inderanya, ada yang lebih tertarik pada arti, hubungan-hubungan, dan kemungkinan berdasarkan fakta, ketimbang fakta-faktanya sendiri. Sebaliknya seorang intuitif cepat menangkap makna dari sebuah fakta, namun harus hati-hati saat menangkap fakta dengan inderanya, karena kurang jeli dan kadang-kadang keliru.
            (T) Thinking / Feeling (F) berkaitan dengan pengambilan keputusan. Individu yang memiliki kecenderungan thinking biasa disebut Thinkers, mereka biasa berpikir panjang sebelum mengambil keputusan. Benar salahnya, baik buruknya, aturan-aturannya, semua dianalisis dengan cermat. Setelah pasti, baru menetapkan keputusannya. Ini berbeda dengan mereka yang memiliki kecenderungan Feeling. Individu yang cenderung feeling disebut Feelers, dan mereka sangat peka terhadap perasaan orang lain.
            (J) Judging / Perceiving (P) membahas mengenai gaya hidup. Ada orang yang lebih suka hidup dengan cara yang teratur, ada pula yang lebih spontan. Mereka cenderung hidup secara teratur dan lebih suka bila kehidupannya terstruktur dengan jelas. Mereka senang mengambil keputusan. Judgers mencari keteraturan dan senang mengendalikan hidupnya, sedangkan mereka yang memiliki kecenderungan perceiving lebih suka hidup secara spontan dan lebih menyukai kehidupan yang luwes. Mereka menyukai berbagai kemungkinan, dan lebih suka mencari apa makna dari kehidupan daripada mengendalikannya.

{  Temperamen
            Temperamen dapat dijelaskan sebagai sebuah pola dariperilaku karakteristik yang merefleksikan kecenderungan-kecenderungan alamiah dari individu (Baron, 1998). Temperamen akan berdampak pada bagaimana individu melihat dunia, apa nilai dan keyakinannya, bagaimana pikiran, tindakan dan perasaannya. Individu-individu dengan temperamen yang sama memiliki nilai utama yang sama, dan mereka memiliki banyak karakteristik yang sama. Karena temperamen merupakan bawaan, bukan dipelajari, maka tindakan dan perilaku konsisten sudah tampak sejak individu masih sangat muda. Dengan menetapkan mana ciri dominan dari masing-masing dimensi, akan didapatkan tipe temperamen dari individu, Ada 16 kombinasi, yaitu
ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ
ESTP ISTP ESFP ISFP
ENFJ INFJ ENFP INFP
ENTJ INTJ ENTP INTP
            Keenambelas tipe ini memiliki ciri yang berbeda satu sama lain, namun berdasarkan penelitian bertahun-tahun pada berbagai budaya, David Keirsey (Tieger dan Barron-Tieger, 2001) berhasil mengelompokkan tipe-tipe dari Myers-Briggs ke dalam empat temperamen yang berbeda. Temperamen adalah gaya berperilaku, cara dan karakteristik yang ditampilkan oleh individu dalam merespon (King, 2011). Temperamen dapat juga diartikan sebagai sifat kepribadian yang dapat diamati.
            Berdasarkan model MBTI, David Keirsey membagi empat kelompok temperamen dan dalam tiap temperamen terdapat empat tipe yang berbeda, namun keempatnya memiliki beberapa persamaan. Penting diingat bahwa keempat temperamen ini tidak sekedar merupakan penggabungan dari masing-masing karakteristik MBTI, tetapi merupakan hasil interaksi dari dua dimensi dasar dari perilaku manusia: komunikasi, perilaku, kata-kata dan niat, atau tegasnya, apa yang dikatakan individu dan apa yang dilakukannya. Keempat Temperamen tersebut diberikan nama yang disarikan dari kesamaannya. Penamaan keempat kelompok berdasarkan temperamen adalah sebagaimana disebutkan berikuti ini.
Guardians/Tradisionalists (SJ): ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ
Artisans/Experiencers (SP): ESTP ISTP ESFP ISFP
Idealists (NF): ENFJ INFJ ENFP INFP
Rationals/Conceptualizers (NT): ENTJ INTJ ENTP INTP
            Pembimbing/Tradisionalis (Sensing Judgers) adalah orang-orang yang paling tradisional dari empat kelompok temperamen Keirsey. Mereka sangat menghargai hukum dan keteraturan, jaminan, sopan santun, aturan, serta mudah menyesuaikan diri. Mereka didorong oleh motivasi untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pembimbing/Tradisionalis menghormati otoritas, hirarki, dan garis komando, serta memiliki nilai-nilai yang konservatif. Mereka terikat pada rasa tanggungjawab dan selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar. Ini membuat mereka menjadi orang-orang yang dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan tentu saja, orang yang bertanggungjawab.
            Sensors berkonsentrasi pada apa yang dilihat, didengar, diraba, dicium dan dikecap dan percaya pada apa yang dapat diukur serta dicatat. Perceivers terbuka pada berbagai kemungkinan dan suka hidup secara luwes. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan “Sensing Perceiver,” sebuah tipe individu yang responsive dan spontan, yang disebut temperamen Artis/Experiencers.” Karena Artis/Experiencers menghargai kebebasan dan spontanitas, mereka jarang menyukai aktivitas atau situasi yang terlalu terstruktur atau terlalu banyak aturan. Mereka cenderung senang menyerempet bahaya (risk-taker), mudah menuesuaikan diri, easy-going, dan pragmatis. Mereka mengagumi pertunjukan keterampilan di segala bidang atau disiplin. Banyak (tapi tidak semua) Artis/Experiencers adalah orang-orang yang senang hidup di „ujung tanduk.‟
            Kaum Intuitif adalah orang-orang yang tertarik pada arti, hubungan dan kemungkinan-kemungkinan, dan Feelers cenderung membuat keputusan berdasarkan nilai pribadi. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan “Intuitive Feeler”, tipe yang peduli akan tumbuh kembang orang lain dan memahami dirinya maupun orang lain. Mereka biasa disebut sebagai Idealis. Idealis adalah tipe yang paling filosofis spiritual. Seolah-olah mereka terus-menerus dalam pencarian arti kehidupan.
            Intuitive cenderung mencari arti dari segala sesuatu dan fokus pada implikasinya, sedangkan Thinkers mengambil keputusan secara impersonal dan logis. Bila disatukan, kedua preferensi ini menghasilkan “Intuitive Thinker,” sebuah tipe yang intelektual dan kompeten, yang disebut “Rasional/Konseptualis.” Mereka adalah yang paling mandiri dari keempat temperamen Keirsey, didorong oleh keinginan mendapatkan pengetahuan dan menetapkan standar yang tinggi sekali bagi dirinya maupun orang lain. Secara alami Rasional/Konseptualis penuh rasa ingin tahu. Mereka biasanya dapat melihat berbagai segi mengenai suatu argument atau isu. Rasional/Konseptualis unggul dalam melihat berbagai kemungkinan, memahami kompleksitas, serta merancang solusi pada masalah riil maupun hipotetis.

Ringkasan : Topik, Tujuan dan Tesis


Judul: “Bahasa Indonesia, Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah”
Pengarang: Felicia N. Utorodewo, Boen S.Oemarjati, Lucy R. Montolalu, L. Pamela Kawira
Data Publikasi: Bahasa Indonesia, Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, IV: Agustus 2011, 174

            Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dengan persiapan menulis sebuah berita. Jika menulis berita topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput. Tidak demikian dengan karya ilmiah seringkali topik sudah ditentukan tapi terkadang juga si penulis harus menentukan topiknya sendiri. Biasanya topik yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Karya ilmiah harus disusun secara sistematis, setiap langkah terencana serta terkendali, konseptual dan prosedural. Berdasarkan syarat tersebut kemudian dilakukan pemilihan topik disertai penetapan tujuan, kemudian topik dan tujuan tersebut dirumuskan menjadi sebuah tesis yang utuh.
            Topik seringkali sulit dibedakan dari judul, sebuah topik dapat apa saja pada akhirnya dijadikan judul tulisan. Tetapi topik tidak sama dengan judul, tidak selalu sebuah topik adalah sebuah judul. Mungkin saja terjadi sebuah judul mengandung topik. Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kata Yunani, topoi, yang berarti ‘tempat’. Ada empat syarat memilih topik, yaitu:
  1. Menarik minat penulis,
  2. Diketahui dan dikuasai oleh penulis,
  3. Harus cukup sempit dan terbatas,
  4. Sebaiknya, tidak terlalu baru, teknis, atau controversial (khusus untuk penulis pemula)

            Jika selesai memilih topik langkah berikutnya adalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut Keraf (1997), tujuan penulisan ada dua, yaitu:
  1. Sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis berlandaskan topik yang telah dipilih
  2. Maksud penulis dalam menguraikan topik bahasan.

            Langkah berikutnya adalah merumuskan tesis, yakni menggabungkan topik dan tujuan kita. Tesis sebenarnya sama dengan tema. Dalam laras ilmiah, sebagaimana diuraikan dalam Keraf (1997), tesis adalah tema bagi laras ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang berfungsi sebagai gagasan sentral kalimat tersebut. Kata tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Dalam proses penulisan sebuah karya, tema berarti sebuah perumusan dari topik yang telah dipilih sebagai landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui pilihan topik tadi.
            Dalam merumuskan sebuah tesis, harus diperhatikan pula bentuk kalimat tesis itu dengan memperhatikan lima hal berikut ini.
  1. Harus berupa sebuah kalimat hasil perumusan topik dan tujuan.
  2. Dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat.
  3. Tidak boleh berupa kalimat majrmuk setara.
  4.  Harus bergagasan sentral, dalam hal ini gagasan utama kalimat tesis.
  5. Tidak mengandung kata negasi dan kata relatif, seperti beberapa, hanya, agak.
  6. Sebuah tesis yang baik harus memiliki:
  7. Kejelasan,
  8. Kesatuan,
  9.  Perkembangan yang jelas,
  10. Keaslian,
  11. Kecocokan judul.

Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di awal proses penulisan, sebaliknya perumusan judul dilakukan setelah seluruh karangan selesai. Sebuah judul harus memiliki persyaratan:
  1. Ringkas
  2. Provokatif, dan
  3. Relevan dengan isi.

Ada syarat lain yang merupakan syarat khas untuk tesis berkaitan dengan sifat ilmiahnya, yaitu:
  1. Bersifat terbatas, jika sudah ditetapkan jenis pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan,
  2. Mengandung kesatuan dengan hanya satu gagasan sentral,
  3. Mengandung ketepatan, yaitu tesis mengandung kata atau istilah yang mengandung satu pengertian yang dapat dipertanggungjawabkan pengertiannya dalam tulisan ilmiahnya kelak.



Rabu, 13 Maret 2013

Laras Ilmiah dan Ragam Bahasa


Judul: “Bahasa Indonesia, Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah”
Pengarang: Felicia N. Utorodewo, Boen S.Oemarjati, Lucy R. Montolalu, L. Pamela Kawira
Data Publikasi: Bahasa Indonesia, Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, IV: Agustus  2011, 174

Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Laras Bahasa adalah kesesuaian antara fungsi pemakaiannya. Setiap laras memiliki format dan gaya tersendiri. Oleh karena itu, dalam menulis, kita harus menguasai berbagai laras berbeda. Laras bahasa yang menjadi perhatiaan kita sekarang ini adalah laras ilmiah.
          Karya tulis ilmiah bukan karya ekspresi diri, karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta yang berupa hasil pemikiran, gagasan, peristiwa, gejala dan pendapat. Karya tulis ilmiah memiliki beberapa persyaratan, yaitu:
1.     Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2.    Ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan.
3.    Harus disusun secara sistematis.
4. Menyajikan rangkaian sebab-akibat yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5.   Mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6.    Ditulis secara tulus.
7.    Pada dasarnya bersifat ekspositoris.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa dari segi bahasa karya tulis ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu:
  1. Harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna.
  2. Harus secara tepat mendefenisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan dan keraguan.
  3.  Harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa. Ragam bahasa terbagi 2 kelompok, yaitu dilihat dari:
1.     Media pengantarnya: tulis dan lisan.
2.    Situasi pemakaiannya: formal, semiformal, dan nonformal.
Pembedaan ragam formal, semiformal, dan nonformal dilakukan berdasarkan hal berikut ini:
 Topik yang sedang dibahas;
  • Hubungan antar pembicara;
  • Medium yang digunakan;
  • Lingkungan; atau
  • Situasi saat pembicaraan terjadi.

Ada lima ciri yang dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan ragam formal dari ragam nonformal, yaitu:
a.    Penggunaan kata sapaan dan kata ganti.
b.    Penggunaan kata tertentu.
c.    Penggunaan imbuhan.
d.    Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi).
e.    Penggunaan fungsi yang lengkap.
Setiap laras dapat disampaikan dalam ragam formal, semiformal dan nonformal. Tetapi tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam bahasa formal sekalipun disampaikan secara lisan.


LTM Etika


Judul               :  Etika Profesi Bagi Programmer
Nama               : Dara Intan Noersaif
NPM               : 1206208132
Pengarang       : Galih Pranowo
Data Publikasi : Etika Profesi yang Berlaku Bagi Programmer di Indonesia
  http://id.pdfsb.com/readonline/62464e446567743758584a2f43483568-857888
                          6 Maret 2012, pk 22:36.


Uraian Singkat Peta Konsep:

1.      Programmer adalah individu yang bertugas dalam hal rincian implementasi, pengemasan, dan modifikasi algoritma serta struktur data, dituliskan dalam sebuah bahasa pemrograman tertentu.
2.      Kode etik seorang programmer adalah sebagai berikut :
a)      Seorang programmer tidak boleh membuat atau mendistribusikan Malware.
b)      Seorang programmer tidak boleh menulis kode yang sulit diikuti dengan sengaja.
c)      Seorang programmer tidak boleh menulis dokumentasi yang dengan sengaja untuk membingungkan atau tidak akurat.
d)     Seorang programmer tidak boleh menggunakan ulang kode dengan hak cipta kecuali telah membeli atau telah meminta izin.
e)      Tidak boleh mencari keuntungan tambahan dari proyek yang didanai oleh pihak kedua tanpa izin.
f)       Tidak boleh mencuri software khususnya development tools.
g)      Tidak boleh menerima dana tambahan dari berbagai pihak eksternal dalam suatu proyek secara bersamaan kecuali mendapatkan izin.
h)      Tidak boleh menulis kode yang dengan sengaja menjatuhkan kode programmer lain untuk mengambil keuntungan dalam menaikkan status.
i)        Tidak boleh membeberkan data-data penting karyawan dalam perusahaan.
j)        Tidak boleh memberitahu masalah keuangan pada pekerja dalam pengembangan suatu proyek.
k)      Tidak pernah mengambil keuntungan dari pekerjaan orang lain.
l)        Tidak boleh mempermalukan profesinya.
m)    Tidak boleh secara asal-asalan menyangkal adanya bug dalam aplikasi.
n)      Tidak boleh mengenalkan bug yang ada di dalam software yang nantinya programmer akan mendapatkan keuntungan dalam membetulkan bug.
o)      Terus mengikuti pada perkembangan ilmu komputer.
3.      Sikap programmer bila bekerjasama dalam team :
a)      Meningkatnya ukuran produk yang dihasilkan akan menurunkan produktivitas programmer akibat meningkatnya kerumitan antara komponen-komponen program dan akibat meningkatnya komunikasi yang perlu dilakukan antara programmer, manajer, dan pelanggan.
b)      Jumlah lintasan komunikasi antar programmer yang terjadi dalam sebuah proyek adalah n(n-1)/2, dimana n adalah jumlah programmer yang terlibat dalam proyek tersebut.
c)      Penambahan lebih banyak programmer dalam sebuah proyek yang sedang berjalan akan menurunkan produktivitas, kecuali jika para programmer baru tersebut mempunyai tugas yang tidak bergantung kepada hasil kerja programmer lama.
d)     Hukum Brooks : Adding more programmers to a late project may make it later.

4.      Sikap programmer terhadap klien :
a)      Mempunyai sikap & kepribadian baik, komunikatif, mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja, cekatan & fleksibel.
b)      Mampu bekerja berorientasi jadwal, mengatur pekerjaan multiple project dan bekerja sama dalam team.
c)      Membuat kontrak kerja dengan klien.
d)     Menyukai dan mengerti dasar-dasar pemrograman.

Kekuatan dan Keutamaan Karakter Sebagai Hasil Dari Daya-daya Spiritual (MPKT-A)

Nama: Dara Intan Noersaif
NPM: 1206208132
Judul Buku: Kekuatan dan Keutamaan Karakter Sebagai Hasil Dari Daya-daya Spiritual
Penulis: Bagus Takwin

Pembentukan karakter menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa. Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, orang dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dalam situasi apapun. Ia juga dapat melihat sisi-sisi baik dari hidupnya sehingga ia dapat memberikan penilaian positif pula kepada hidupnya. Oleh sebab itu, Kepribadian dan karakter yang baik harus dapat dibangun dan diperbaiki agar melahirkan karakter dan kepribadin kuat demi tujuan yang positif. Pentingnya pembentukan karakter bagi bangsa ini menjadikan pendidikan sebagai wadah untuk pembentukan karakter. Dengan kekuatan dan keutamaan karakter,orang dapat menghasilkan perasaan-perasaan positif dalam situasi apapun. Oleh sebab itu, pendidikan karakter juga merupakan usaha untk membantu peserta didik mencapai kebahagiaan.Kekuatan karakter bersumberpada keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual. Dengan spiritualitasnya,manusia mengatasi dan melampaui keterbatasannya sebagai makhluk alamiah. Sehingga spiritualitas manusia merupakan dasar dari kekuatan karakter.
Karakter bukan kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat. Allport mendefinisikan kepribadian sebagai ‘’…..organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkunganya”. Dari definisi itu dapat dipahami bahwa kepribadian manusia sebagai hal yang teroganisasi, tidak acak, dan unsur-unsurnya tidak bekerja sendiri-sendiri. Kepribadian manusia terus bergerak dan berkembang, tidak berhenti atau terhenti pada satu titik. Manusia memiliki otonomi dalam dirinya tetapi, di sisi lain, ia juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara unik. Dengan keunikan itu, seorang manusia berbeda dari manusia lainnya. Alport mendefinisikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Artinya, karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu. Kumpulan sifat mental dan etis yang dimiliki seseorang akan menentukan seperti apa orang tersebut. Karakter diperoleh melalui pengasuhan dan pendidikan meskipun potensialitasnya ada pada setiap orang. Karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Penggalian, pengenalan, dan pengukuran keutamaan dapat dilakukan melalui teknik inventori, skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan simulasi. Karakter yang kuat memiliki kriteria:
1.     Karakter yang ciri-cirinya memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan;
2.     Kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi diri sendiri dan orang lain;
3.    Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang disekitarnya;
4.    Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu;
5.    Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya;
6.    Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka piker ideal;
7.    Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain tetapi yang terkait secara erat;
8.    Kekuatan karakter tertentu menjadi cirri yang mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya;
9.    Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang;
10. Kekuatan karakter memiliki akar psiko sosial; potensinya ada dalam diri sendiri, dan aktualitanya dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

Kebijaksanaan dan pengetahuan merupakan kekuatan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi kognitif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Keutamaan ini terdiri atas enam kekuatan, yaitu 1) rasa ingin tahu, 2) cinta pembelajaran, 3) pikiran yang kritis dan terbuka, 4) orisinalitas, 5) kecerdasan sosial, dan 6) perspektif.Kesatriaan merupakan keutamaan emosional yang melibatkan kemauan kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapat tantangan, baik eksternal maupun internal. Kemanusiaan dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan keadilan mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Pengelolaan diri adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat buruk yang mungkin terjadi dalam kehidupan. Transdensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan seluruh alam semesta dan member makna kepada kehidupan. Spiritualitas merujuk kepada sesuatu yang amat religious, sesuatu yang berkaitan dengan roh, dan hal-hal yang sakral. Pandangan lain menunjukan bahwa spiritualitas tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari yaitu pengalaman yang terjadi di tengah keseharian hidup manusia. Narayanasami (dalam McSherry,1998) menegaskan bahwa tidak ada satu pun definisi dari, spiritualitas yang otoritatif. Tetapi spiritualitas dapat dipahami sebagai dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia. Karakter selalu didasari oleh spiritualitas. Daya-daya spiritual menghindarkan kita dari godaan dan menguatkan kita saat berada dalam situasi yang sulit. Dengan demikian, ketika berbicara tentang karakter maka kita juga berbicara tentang spiritualitas, tentang daya-daya yang menguatkan dan mengambangkan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pembentukan karakter sangat erat kaitannya dengan dengan pencapaian kebahagiaan. Jika kita ingin bahagia, maka kita harus memuliai berfikir positif, memandang hidup dan orang lain sebagai hal yang baik, serta memaknai dunia dan seisinya sebagai kebahagiaan yang dianugerahkan kepada kita. Perpaduan dari tiga kebahagiaan terserbut dan keutamaan-keutamaan karakter merupakan bahan dari pendidikan karakter. Jika dipahami bahwa inti dari pendidikan adalah pembentukan karakter maka seharusnya dicamkan pula bahwa setiap pendidikan adalah pembentukan karakter. Di setiap jenjang pendidikan, pasti proses pembentukan karakter terjadi. Pemikiran manusia akan terus berkembang sampai mereka menemukan karakter kuat yang dimiliki.
Mahasiswa UI harus memiliki karakter yang kuat. kesatriaan adalah ciri mahasiswa yang berkarakter kuat. Kesatriaan adalah identitas yang dapat diandalkan dimanapun kita berada. Keberanian untuk menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan serta  jujur dalam segala hal, jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain. Kejujuran akan membuat kita dipercaya oleh orang disekitar kita. Dengan kesatriaan yang tinggi masyarakat pun akan melihat identitas kita dengan baik, menjadi mahasiswa yang berkarakter dengan menjunjung tinggi keberanian dan kejujuran. Bertanggung jawab dalam segala hal. Masyarakat sangat membutuhkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab dalam mengemban amanahnya. Berani untuk gagal dan berani untuk menerima konsekuensi dari tindakan yang diambil. Jika tidak ada rasa tanggung jawab, maka mahasiswa tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik bahkan tidak akan dipercaya oleh orang-orang disekitarnya.


© 2012 Aneuk Dara Template designed by BlogSpot Design - Ngetik Dot Com