26 November, 08:00 pm
“Bun, buat apa pake kebaya gini?”
“Ada acara resepsi temen bunda”
“Tapi bajuku kok bagus gini bun? Beda sama punya bunda”
“Emang baju bunda jelek ya?”
“Gak bun, bunda cantik pake apapun”
Kami bergegas menuju pantai, pantai yang dulu menjadi saksi bisu berakhirnya kisah kami. Suasana disini membuatku mengingat lagi kejadian yang susah payah kulupakan. Hari ini ditempat ini kami dulu memulai kisah kami dan disini pula tempat kami mengakhiri kisah kami.
“Yuk turun kak”
“Ntar aja bun, aku disini dulu”
Kuhela nafas, tangis ini tak dapat lagi kubendung lagi. Tempat ini tempat kami menghabiskan akhir pekan selama 3 tahun.
“Andre..” ucapku lirih memandangi obor-obor yang ditata rapi.
Kelopak bunga mawar bertaburan di jalan menuju panggung kecil yang dikelilingi lilin. Tapi tak kulihat orangtuaku dan tamu lain. Perlahan-lahan ku langkahkan kakiku menuju panggung kecil. Sesaat kemudian muncullah orangtuaku, adikku dan orangtua andre. Tak bisa kusembunyikan keterkrjutanku, lalu Andre datang membawa seikat mawar putih langsung menghampiriku.
“Would you marry me Clara?”
“Apa? Segampang itu Ndre?”
“Clara, aku minta maaf. Maaf, maaf, maaf”
“Kamu bisa bilang maaf setelah kamu tinggalin aku dan pergi sama Rina? Kamu kira aku gak tau sebenarnya kamu tuduh aku selingkuh sama Ryan itu untuk tutupin kedok kamu yang selingkuh sama Rina! Mungkin kalau aku terima kamu aku benar-benar GAK WARAS!”
“Tapi aku sayang kamu Ra, Aku cinta kamu”
“Kalau yang kamu bilang bener, kamu gak mungkin selingkuh! Dan kamu gak akan mesra-mesraan didepan aku”
“Ra.. please”
“Maaf aku gak bisa, I can’t love you again”
“Ra, aku mohon.. Aku mau kamu jadi istriku”
“Gak Ndre. Aku gak bisa mencintaimu lagi!”
“Aku butuh kamu Ra”
“Apa? Kamu butuh aku? Dulu siapa yang campakin aku? Kamu sadar gak apa yang kamu lakuin dulu? Kamu pasti sedang ngigau!”
“Ra.. Aku serius! Kamu udah mapan sekarang, kamu beda sama Clara yang dulu”
“Karna aku mapan makanya kamu gini? Jadi kamu mau memetik buah tanpa harus repot-repot menuai benih? Kemana kamu saat aku drop dulu?”
“Maaf Ra, aku gak maksud…”
“Cukup Ndre, aku muak dengan tingkahmu!”
“Ra aku mohon” ucap Andre berlutut sambil meraih tanganku”
Ku tepis tangan Andre dan berlari memeluk tante Fairus yang sedari tadi syok melihat pertengkaranku dan Andre.
“Tante maafin aku, aku gak bisa”
Aku berlari menuju bibir pantai meninggalkan mereka yang terheran melihatku, ku campakkan high heel ku. Tangisku pecah lagi, aku mencintaimu Andre tapi Andre sekarang bukan Andre yang dulu. Kubiarkan air laut membasahi songket yang kukenakan, semilir angin membelaiku lembut. Bintang bertaburan seolh ingin mengobati hatiku yang terluka. Seandainya Andre tau apa yang aku lakukan untuk melupakannya, aku rela meninggalkan keluargaku untuk menghindarinya.
“Aku mencintaimu Ndre, tapi aku tak ingin kamu mencintaiku karna harta dan jabatanku”
Selesai..
Selesai..
hmmm,,
BalasHapuscerita klasik yg dramatis memang, kalau di tinjau dari sudut pandang anak muda,,,,
point 7 rasanya cukup mewakilkan imajinasi saya setelah membaca part2 cerita ini,,
makasih :)
BalasHapusdoain bisa jadi novel ya