Minggu, 30 September 2012

Dear, Teman


Tuhan
Bolehkah aku berbohong untuk menyenangkan hatinya?
Bolehkah aku membohongi dia untuk sebuah semangat baru?
Bolehkah aku membohongi hatiku untuk memberi sedikit kebahagiaan padanya?

Tuhan
Aku hanya ingin membantunya bangkit
Aku ingin menunjukkan padanya arti sebuah kegagalan
Aku ingin memberitahunya bahwa aku juga pernah merasakan pengalaman kegagalan
Aku ingin mengajaknya berjalan disisiku bukan dibelakangku

Tuhan
Aku rindu semangatnya malam itu
Aku rindu mimpi-mimpi besarnya yang selalu menginspirasiku
Aku rindu nasehatnya Tuhan..

Teman, lihat aku
Raih tanganku
Cepatlah kemari
Aku masih menunggumu di gedung bundar ini..

Saya Bukan BEM, Saya Bukan Aktivis, tapi Saya Peduli


Saya bukan BEM saya bukan aktivis, saya hanya salah satu maba fasilkom UI. Saya sekarang dapat status baru yaitu seorang “mahasiswi”. Saya disini karena orangtua saya dan beasiswa dari sebuah lembaga persatuan alumni, subsidi rakyat dan kebijakan universitas tercinta ini mengenai BOP-B. Jangan tanyakan bagaimana sulitnya saya ada disini, tapi tanyakan bagaimana sulitnya mereka yang turut membiayai keberadaan saya disini. Bagi saya salah satu tanggung jawab besar mengenakan jakun dengan makara biru merah ini, bukan hanya bertanggung jawab untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan menjadi ahli dibidang ini tapi saya juga punya tanggung jawab terhadap orang-orang yang turut serta berada dibelakang saya. Tidak salah jika saya mengatakan saya disini karna subsidi dari rakyat yang melalui birokrasi panjang pemerintahan dan universitas. Tapi kata terpenting disini adalah “rakyat”. Ya! Mereka masih menyubsidi saya dan para mahasiwa sebesar Rp 1.000.000-, per tahunnya. Memang bukan jumlah yang besar bagi mereka yang berkecukupan, tapi bagi petani dipedalaman sana itu sangat besar jumlahnya. Harusnya kita malu, seluruh rakyat berarti kalangan kecil pun turut menyubsidi kita. Sekarang pertanyaannya sejauh mana kesadaran kita untuk membalas “pemberian mereka”?
Sekarang hanya sebagian kecil dari kita yang peduli dengan masalah rakyat, dan sebagian besarnya lebih memilih acuh. Malam ini saya mendapat pelajaran berharga dari seorang mahasiswa FTUI, Yap Yun Hap pernah berkata "SAYA KULIAH DI UI. RAKYAT YANG MEMBIAYAI. RAKYAT YANG MENYUBSIDI. MAKA SAYA HARUS BERJUANG UNTUK RAKYAT!". Beliau adalah seorang mahasiswa yang menjadi korban di Semanggi II, keberanian beliau yang menginspirasi saya malam ini. Beliau dengan beraninya ikut membela hak rakyat pada saat itu, memperjuangkan kemerdekaan rakyat. Bahkan sekarang disaat beliau sudah tiada pun, beliau masih membakar semangat muda penghuni tanah air tercinta ini. Membuka mata saya khususnya dalam hal kepedulian dan tanggung jawab, dan saya yakin beliau tidak pergi sia-sia.
Disini saya tidak menyarankan untuk ikut demo karena saya sendiri juga tidak pernah diizinkan ikut demo dengan berbagai alasan, disini saya ingin membuka mata seluruh MAHASISWA di tanah ini tentang sebuah tanggung jawab. Berhenti bersikap bahwa kita disini karena uang orangtua kita, berhenti apatis dengan masalah rakyat. Tidak perlu melakukan hal anarkis untuk menuntut pemerintah, lakukan aksi yang elegant untuk mengeluarkan aspirasi. Ingat siapa yang ada dibelakang kita, jangan seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Tidak perlu menunggu jadi bagian dari BEM atau menjadi aktivis dulu untuk membela mereka. Mulailah dari hal kecil. Minimal peduli.
© 2012 Aneuk Dara Template designed by BlogSpot Design - Ngetik Dot Com