Saya bukan
BEM saya bukan aktivis, saya hanya salah satu maba fasilkom UI. Saya sekarang
dapat status baru yaitu seorang “mahasiswi”. Saya disini karena orangtua saya
dan beasiswa dari sebuah lembaga persatuan alumni, subsidi rakyat dan kebijakan
universitas tercinta ini mengenai BOP-B. Jangan tanyakan bagaimana sulitnya
saya ada disini, tapi tanyakan bagaimana sulitnya mereka yang turut membiayai
keberadaan saya disini. Bagi saya salah satu tanggung jawab besar mengenakan
jakun dengan makara biru merah ini, bukan hanya bertanggung jawab untuk
menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan menjadi ahli dibidang ini tapi saya juga
punya tanggung jawab terhadap orang-orang yang turut serta berada dibelakang
saya. Tidak salah jika saya mengatakan saya disini karna subsidi dari rakyat
yang melalui birokrasi panjang pemerintahan dan universitas. Tapi kata
terpenting disini adalah “rakyat”. Ya! Mereka masih menyubsidi saya dan para
mahasiwa sebesar Rp 1.000.000-, per tahunnya. Memang bukan jumlah yang besar
bagi mereka yang berkecukupan, tapi bagi petani dipedalaman sana itu sangat
besar jumlahnya. Harusnya kita malu, seluruh rakyat berarti kalangan kecil pun
turut menyubsidi kita. Sekarang pertanyaannya sejauh mana kesadaran kita untuk
membalas “pemberian mereka”?
Sekarang
hanya sebagian kecil dari kita yang peduli dengan masalah rakyat, dan sebagian
besarnya lebih memilih acuh. Malam ini saya mendapat pelajaran berharga dari
seorang mahasiswa FTUI, Yap Yun Hap
pernah berkata "SAYA KULIAH DI UI. RAKYAT YANG MEMBIAYAI.
RAKYAT YANG MENYUBSIDI. MAKA SAYA HARUS BERJUANG UNTUK RAKYAT!". Beliau
adalah seorang mahasiswa yang menjadi korban di Semanggi II, keberanian beliau
yang menginspirasi saya malam ini. Beliau dengan beraninya ikut membela hak
rakyat pada saat itu, memperjuangkan kemerdekaan rakyat. Bahkan sekarang disaat
beliau sudah tiada pun, beliau masih membakar semangat muda penghuni tanah air
tercinta ini. Membuka mata saya khususnya dalam hal kepedulian dan tanggung
jawab, dan saya yakin beliau tidak pergi sia-sia.
Disini saya tidak menyarankan untuk ikut demo karena saya
sendiri juga tidak pernah diizinkan ikut demo dengan berbagai alasan, disini
saya ingin membuka mata seluruh MAHASISWA di tanah ini tentang sebuah tanggung
jawab. Berhenti bersikap bahwa kita disini karena uang orangtua kita, berhenti
apatis dengan masalah rakyat. Tidak perlu melakukan hal anarkis untuk menuntut
pemerintah, lakukan aksi yang elegant untuk mengeluarkan aspirasi. Ingat siapa
yang ada dibelakang kita, jangan seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Tidak
perlu menunggu jadi bagian dari BEM atau menjadi aktivis dulu untuk membela
mereka. Mulailah dari hal kecil. Minimal peduli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar